Langsung ke konten utama

Kilas Balik Sejarah Hubungan Indonesia - Rusia


Indonesia selalu menarik perhatian orang Rusia. Kepulauan Nusantara ini berkali-kali dikunjungi oleh pengembara dan peneliti dari Rusia. Indonesia sudah dikenal di Uni Soviet lama sebelum Indonesia merdeka. Dalam buku Prof Guber yang ditulis pada 1933, Indonesia masih bernama Hindia Belanda, namun dalam buku itu telah tercantum nama ”Indonesia”.


Catatan yang dibuat oleh pedagang Afanasy Nikitin dari kota Tver mengenai “perjalanannya melampaui tiga laut” - perjalanan ke India (pada tahun 1466-1472) menyampaikan data pertama kepada orang Rusia mengenai adanya suatu negara misterius bernama Shabot yang terletak di Asia Tenggara. Menurut pendapat para ilmuwan apa yang dimaksudkan dengan nama tersebut adalah negara Indonesia dengan pusatnya di pulau Sumatera.

Pada tanggal 15 Pebruari 1904, yang mengemban tugas Konsul Rusia di Singapura, Rudanovskiy memberitahukan bahwa Sultan Aceh menyampaikan kepada Konsulat surat permohonan yang dialamatkan kepada Nikolay II tentang permohonan untuk menerima daerah kekuasaannya dibawah perlindungan Rusia.

Tepatnya pada 24 Desember 1949, Uni Soviet menerima pesan resmi mengenai kesepakatan hubungan antara Belanda dan Indonesia. Setelah itu, Menteri Luar Negeri Uni Soviet Andrei Vyshinsky mengirimkan telegram kepada Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Dr Mohammad Hatta.

Telegram ini berbunyi: ”Atas nama pemerintah Uni Soviet, saya dengan hormat menginformasikan kepada Anda, sejak pengakuan kedaulatan Republik Indonesia pada 27 Desember 1949 di Den Haag, Belanda, pemerintah Uni Soviet memutuskan mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Republik Indonesia dan akan membangun hubungan diplomatik dengan Indonesia.”

Pada 1957, Ketua Dewan Tertinggi Uni Soviet (USSR Supreme Soviet) Klim Voroshilov berkunjung ke Indonesia. Jakarta menyambut hangat kedatangannya. Pada akhir 1950-an, Indonesia berupaya meningkatkan perekonomian dan melakukan reformasi dan modernisasi angkatan bersenjatanya. Saat itu, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal AH Nasution datang ke Amerika Serikat (AS) membawa proposal agar mendapat bantuan mereformasi angkatan bersenjata Indonesia.

Namun, AS menolaknya karena masih ada konflik yang belum terselesaikan antara Indonesia dan Belanda, terkait masalah Irian Barat. AS menolak memberi bantuan persenjataan bagi Indonesia karena khawatir akan dipergunakan untuk berperang melawan sekutu AS di Organisasi Traktat Atlantik Utara (NATO), yaitu Belanda.

Mendapat penolakan dari AS, Indonesia kemudian berpaling ke Uni Soviet. Indonesia tidak hanya mendapatkan apa yang dibutuhkan, namun dengan dukungan Uni Soviet, Indonesia mampu mengembangkan teknologi dan pengetahuannya. Angkatan bersenjata Indonesia saat itu hanya dilengkapi persenjataan dari Perang Dunia II.

Ini merupakan bagian dari kredit sebesar USD1 miliar dan Indonesia telah membayar lunas semuanya pada pertengahan 1990-an. Tidak hanya memasok peralatan militer, Uni Soviet juga memberikan pelatihan teknis kepada tentara dan jenderal asal Indonesia di akademi militer di Moskow dan Leningrad (Saint Petersburg). Selain itu, Rusia juga mengirim 1.000 instruktur ke berbagai daerah di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Madiun.

Indonesia percaya penuh atas bantuan Rusia ini, begitu pula Rusia, karena hubungan kedua negara didasarkan pada ketulusan dan kejujuran. Jika ada sesuatu yang tidak beres, kedua pihak akan saling mengingatkan. Kami sadar Indonesia merupakan negara yang masih kurang pengalaman militernya, terutama pengalaman teknis. Belanda tidak mewarisi Indonesia budaya berkaitan kemampuan teknis, yang sebenarnya membutuhkan beberapa generasi untuk dapat menguasainya.

Beberapa dekade terakhir, Indonesia telah berkembang pesat dan ini berkat kerja sama militer Indonesia-Uni Soviet yang berpengaruh secara signifikan. Namun, bukan berarti hubungan baik kedua negara hanya terkait hubungan militer semata. Uni Soviet juga banyak bekerja sama dengan Indonesia dalam membangun infrastruktur sipil seperti Rumah Sakit Persahabatan di Jakarta, stadion dan reaktor nuklir percobaan di Serpong.

Sayangnya, kondisi luar negeri dan domestik Indonesia tidak dapat memberi dukungan pada proyek-proyek ini. Karena ketiadaan dana, beberapa proyek ini ditinggalkan. Pada 1966-1967, ketika kondisi politik di Indonesia yang berada dalam kekuasaan Orde Baru berubah drastis, namun hubungan kedua negara masih tetap terjaga. Kedua negara sadar akan perbedaan ideologinya, akan tetapi tetap menjaga hubungan dalam batas-batas yang wajar.

Penting bagi Indonesia mencari format baru dalam hubungan internasional. Dan kerja sama Rusia-Indonesia sebagai bagian dari pencarian format baru ini, sangat penting. Hubungan Indonesia-Rusia tidak hanya terbatas pada hubungan antar politikus dan pejabat negara, namun juga pada tataran hubungan dengan masyarakat sipil. Banyak warga negara Indonesia yang belajar di universitas-universitas Rusia. Dan seluruh hubungan baik ini menunjukkan bahwa sebenarnya Indonesia menjadi fokus perhatian di Rusia.

(Sejarah Hubungan Rusia - Indonesia, ALEXEI YU. DRUGOV - Doktor Ilmu Politik, Kepala Riset The Oriental Studies University - Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia  & indonesia.mid.ru/relat_ind_04.html)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Serial Mahabharata ANTV

Mahabharata adalah sebuah serial drama televisi mitologi berbahasa Hindi dari India berdasarkan kesusastraan Mahabharata. Serial ini mulai ditayangkan di STAR Plus sejak 16 September 2013. Di Indonesia, serial ini ditayangkan oleh antv setiap hari Senin-Sabtu, pukul 21.00 WIB sejak The Adventures of Hatim tayang.

Cerita Dayak Kenyah Dari Dataran Apokayan

HumaBetang - Suku Kenyah adalah suku Dayak yang termasuk rumpun Kenyah-Kayan-Bahau yang berasal dari dataran tinggi Usun Apau, daerah Baram, Sarawak. Dari wilayah tersebut suku Kenyah memasuki Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur melalui sungai Iwan di Sarawak terpecah dua sebagian menuju daerah Apau Kayan yang sebelumnya ditempati suku Kayan dan sebagian yang lainnya menuju daerah Bahau. Pergerakan suku ini menuju ke hilir akhirnya sampai ke daerah Mahakam dan akhirnya sebagian menetap di Kampung Pampang Samarinda Utara, Samarinda. Sebagian lagi bergerak ke hilir menuju Tanjung Palas. Suku Kenyah merupakan 2,4% penduduk Kutai Barat.

Batu Ayau Tempat Suci Ksatria Kayau Suku Dayak Ot Danum

HumaBetang - Yang dinamakan Batu Ayau adalah nama bukit atau gunung tempat suku Dayak Ot Danum-Ngaju melakukan ritual adat sebelum melakukan kayau-asang jaman dahulu. Bukit Batu Ayau ini dianggap keramat dalam adat Kaharingan di Kalimantan Tengah, yang terletak di wilayah Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah, berbatasan dengan Kalimantan Timur, dengan ketinggian sekitar 1.652 meter dari pemukaan laut.