Langsung ke konten utama

Tapak Tilas Rapat Damai Tumbang Anoi 2014


Betang Tumbang Anoi sekarang
Pada zaman dahulu kala suku Dayak yang merupakan penduduk asli pulau Kalimantan selalu berperang antara satu suku dengan suku lainnya. Saking seramnya pada zaman itu di pedalaman Kalimantan dikabarkan selalu menjadi arena pertempuran dan tempat pertumpahan darah. Para pedagang dan bajak laut tidak ada yang berani memasuki wilayah pedalaman Kalimantan. Mereka cuma singgah dan menetap di wilayah pesisir pantai tanpa keberanian untuk mengusik kehidupan yang ada jauh ditengah pulau Kalimantan.



Namun cerita menjadi lain ketika seluruh kepala suku Dayak dari seantero Kalimantan dipertemukan dalam sebuah pertemuan besar yaitu rapat damai di desa Tumbang Anoi hulu sungai Kahayan pada tahun 1894 silam.

Sekarang Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) bersama Pemprov Kalteng dan Pemkab Gunung Mas menyelenggarakan kegiatan yang merupakan tapak tilas Pumpung Hai Pakat Dayak 2014 yang dilaksanakan di desa Tumbang Anoi, kecamatan Damang Batu, Kabupaten Gunung Mas, sejak tanggal 3-4 Oktober kemarin.

Acara ini dimulai dengan berkumpulnya para peserta yang datang dari seluruh Kalteng dan perwakilan dari provinsi se-Kalimantan serta dari penjuru nusantara, bahkan dari manca negara di halaman Betang Hapakat yang merupakan kantor pusat MADN di jalan RTA Milono Palangkaraya. Rombongan berangkat dari Betang Hapakat sekitar pukul 08.00 WIB. Disusul rombongan Presiden MADN Agustin Teras Narang bertolak dari Rujab Gubernur beberapa saat kemudian.

Rombongan menempuh perjalanan selama kurang lebih 8 jam hingga sampai ke Kuala Kurun (Gunung Mas), kemudian melanjutkan perjalanan kembali selama kurang lebih 4 jam sampai ke desa Tumbang Anoi. Perjalanan yang dilalui cukup rawan karena melewati daerah perbukitan, jurang-jurang, tanjakan dan tikungan berbahaya yang cukup merepotkan peserta.

Sekitar pukul 17.00 WIB sebagian besar peserta sampai di desa Tumbang Anoi yang disambut oleh panitia kegiatan dan keluarga besar Damang Batu. Saat itu desa Tumbang Anoi menjadi ramai dan dipenuhi oleh ribuan peserta dan ratusan kendaraan yang hadir.

Presiden MADN Agustin Teras Narang dan rombongan disambut dengan acara Pantan Balanga. Lima buah balanga tertutup kain harus dibuka sebelum masuk dalam rumah betang yang baru dibangun. Betang tersebut adalah replika dari Betang Damang Batu yang berada persis di samping kirinya.

Komentar

  1. Sangat membanggakan sekarang Tumbang Anoi di resmikan jadi Desa Wisata Budaya bisa di bayangkan keadaan 120 th yang lalu yg tentu saja transportasi jalan menuju kelokasi yg dituju tidak semudah sekarang ini.Damang Batu memang hebat dan luar biasa sebagai tokoh yang memperjuangkan perdamaian antar suku Dayak di Kalimantan terimakasih Bue .

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Serial Mahabharata ANTV

Mahabharata adalah sebuah serial drama televisi mitologi berbahasa Hindi dari India berdasarkan kesusastraan Mahabharata. Serial ini mulai ditayangkan di STAR Plus sejak 16 September 2013. Di Indonesia, serial ini ditayangkan oleh antv setiap hari Senin-Sabtu, pukul 21.00 WIB sejak The Adventures of Hatim tayang.

Cerita Dayak Kenyah Dari Dataran Apokayan

HumaBetang - Suku Kenyah adalah suku Dayak yang termasuk rumpun Kenyah-Kayan-Bahau yang berasal dari dataran tinggi Usun Apau, daerah Baram, Sarawak. Dari wilayah tersebut suku Kenyah memasuki Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur melalui sungai Iwan di Sarawak terpecah dua sebagian menuju daerah Apau Kayan yang sebelumnya ditempati suku Kayan dan sebagian yang lainnya menuju daerah Bahau. Pergerakan suku ini menuju ke hilir akhirnya sampai ke daerah Mahakam dan akhirnya sebagian menetap di Kampung Pampang Samarinda Utara, Samarinda. Sebagian lagi bergerak ke hilir menuju Tanjung Palas. Suku Kenyah merupakan 2,4% penduduk Kutai Barat.

Batu Ayau Tempat Suci Ksatria Kayau Suku Dayak Ot Danum

HumaBetang - Yang dinamakan Batu Ayau adalah nama bukit atau gunung tempat suku Dayak Ot Danum-Ngaju melakukan ritual adat sebelum melakukan kayau-asang jaman dahulu. Bukit Batu Ayau ini dianggap keramat dalam adat Kaharingan di Kalimantan Tengah, yang terletak di wilayah Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah, berbatasan dengan Kalimantan Timur, dengan ketinggian sekitar 1.652 meter dari pemukaan laut.