HumaBetang - Yang dinamakan Batu Ayau adalah nama bukit atau gunung tempat suku Dayak Ot Danum-Ngaju melakukan ritual adat sebelum melakukan kayau-asang jaman dahulu. Bukit Batu Ayau ini dianggap keramat dalam adat Kaharingan di Kalimantan Tengah, yang terletak di wilayah Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah, berbatasan dengan Kalimantan Timur, dengan ketinggian sekitar 1.652 meter dari pemukaan laut.
Oleh masyarakat suku Dayak Ot-Danum-Ngaju, menurut tetek tatum atau panaturan leluhur nenek moyang dahulu, disebut sebagai "Tantan Uhing Doung," puncak gunung tempat orang berdoa, dimana para pahlawan Dayak setempat menegaskan niat dan melakukan upacara suci ritual Kaharingan, untuk melakukan kayau atau perburuan kepala manusia yang dianggap musuh dan atau penjahat, sebagai penegakkan hukum adat dan pembelaan harkat martabat masyarakat yang diinjak dan dihinakan, atau telah dirampas oleh kelompok lain.
Untuk mencapai puncak Bukit Batu Ayau, orang harus melalui lembah dan lereng terjal sangat menantang, yang dinamakan Jalur Asang–Kayau, Pada masa lalu, dalam tradisi masyarakat suku Dayak Ot-Danum-Ngaju, ketika seorang pria Dayak akan meminang seorang wanita Dayak, ia akan lebih dulu ditanya, apakah sudah lulus uji kejantanan melintasi Jalur Asang–Kayau atau belum. Apakah si calon suami adalah pria tangguh yang telah pernah berjalan jauh, masuk–keluar hutan, menjelajah padang, mengarungi sungai, menelusuri lembah, mendaki bukit, merantau ke daerah tak bertuan, dan lebih terarah lagi apakah ia pernah ke Batu Ayau dan ikut mengayau. Biasanya, seorang calon suami menghadiahkan kepala musuh hasil pengayauan sebagai mas-kawin untuk calon istri, sebagai jaminan bahwa ia adalah pria ksatria dapat diandalkan untuk melindungi keluarga.
Pada jaman dulu, pada saat suku Dayak di Kalimantan masih melakukan asang-kayau atau perburuan kepala, pegunungan Muller menjadi dinding pemisah atau tapal batas antara suku yang berperang dengan suku lainnya. Perbedaan antara asang dengan kayau, asang merupakan penyerangan yang dilakukan oleh banyak orang yang biasanya berjumlah puluhan atau ratusan orang. Sedangkan kayau dilakukan dengan jumlah yang lebih sedikit yaitu 5,7,9 orang saja.
Pada jaman asang-kayau dahulu kala pedalaman Kalimantan bernuansa sangat mistis, menakutkan dan mengerikan. Pada bagian pesisir ditempati oleh bajak laut sedangkan pada bagian pedalaman menjadi tempat perburuan kepala dan arena pertumpahan darah. Mungkin inilah salah satu yang menyebabkan populasi suku-suku Dayak di pedalaman tidak pernah banyak.
=== Ritual Kayau Di Batu Ayau ===
Sebelum melakukan kayau, para pasukan pengayau melakukan upacara ritual adat di Bukit Batu Ayau, yaitu upacara "mangahau liau" atau memanggil arwah warga yang telah dikayau oleh musuh, agar bersiap bahwa para ksatria akan menjemput mereka, dan keluarga akan memindahkan mereka ke alam baqa yang tenang dan damai.
Upacara ritual adat lainnya adalah "mandui penyang", dimana tiap anggota pengayau sebelum berangkat akan lebih dulu mandi dari pancuran air rendaman jimat/penyang, yang ditumpahkan melalui "rambat" atau keranjang terbuat dari rotan. Kemudian dilanjutkan dengan tradisi "marapi sabakang" atau membakar lemang (nasi ketan) dalam satu bumbung buluh atau laras bambu tamiang berukuran panjang sekitar satu meter, yang kemudian satu bumbung bambu tersebut dipotong sama rata untuk dibagikan kepada para anggota pengayau dan dimakan bersama.
Meski kini tradisi kayau telah tidak lagi dilakukan oleh semua suku Dayak, Bukit Batu Ayau masih kerap dikunjungi orang Dayak untuk melakukan pengakuan dosa dan berdoa kepada Ranying, untuk memohon pengampuan dosa, menumpahkan isi hati, harapan dan cita-cita, dan sekaligus jiarah napak tilas jejak kepahlawan para ksatria kayau Dayak.
Di puncak Bukit Batu Ayau tertancap beberapa pucuk tiang potongan kayu ramping setinggi sekitar sedepa, yang ujung atasnya dibelah, sebagai wadah orang untuk menyelipkan satu atau dua batang rokok kretek, sebagai tanda persembahan dan penghormatan simbolik, bahwa mereka telah datang kesana dengan niat tulus, untuk menghadap kehadapan Ranying.
Lebih lanjut tentang: Legenda Asang Kayau Suku Dayak Ot Danum
(sumber: http://www.humabetang.org/doku.php?id=batu_ayau ; Marko Mahin - Peneliti Lembaga Studi Dayak 21, ceritadayak.com, teposeliro.wordpress.com)
Komentar
Posting Komentar